Sabtu, 13 Juli 2013

sahabat


Setiap orang mungkin punya definisi masing-masing tentang ‘sahabat’..
Ada yang bilang sahabat itu orang lain yang jelas bukan keluarga, namun kualitasnya setara dengan keluarga. mendeskripsikan sahabat dengan cara membandingkannya dengan pasangan, dengan mengatakan sahabat adalah seseorang dengan kasih sayang yang jauh lebih tulus, tanpa meminta balasan, melebihi pasangan. 
Lalu, setelah selesai urusan dengan batasan dan persyaratan tadi, logikanya, sekali kita menemukan orang yang kita sebut sahabat maka ia akan terus menjadi sahabat kita bukan? Sederhana saja, mana lah bisa orang dengan kualitas premium penghuni puncak hirarki pertemanan kita adalah seseorang yang bisa turun derajat menjadi sekedar teman?
Dari SD ke SMP, SMK dan terus dan terus.. di setiap tahap itu saya punya sahabat.  Juga kenyataan bahwa saya pun harus hidup berpindah kota. Kediri, Mojokerto, balik lagi ke kediri. 
Jadi, sahabat ngga eksklusif lagi dong? 
Gimana lagi? Tidak bisa dipungkiri, meskipun jarak sudah dengan mudah teratasi dengan sarana komunikasi canggih, tetap saja, ada saat-saat tertentu saya membutuhkan sahabat berada di sebelah saya, secara batin dan lahir..  jadilah ada kalanya di sini saya terlihat sangat dekat dengan A, disana dekat dengan B, di lain waktu lagi saya dekat dengan C, D, E.. wahhh, banyak juga ya orang yang ‘pernah’ jadi sahabat saya ya?
Sekarang mantan? Ya nggak juga, lha ternyata hampir semua kok, para sahabat itu masih berhubungan baik sampai sekarang dengan saya, dengan intensitasnya masing-masing.
ada kalanya kita membuat jarak dengan seseorang bukan untuk menjauh, namun untuk mereformat posisi dan menentukan sikap terbaik, menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah. Adakalanya, upaya itu sulit berhasil. Salah satu sebabnya, karena kami sama-sama manusia yang berkembang. Tentu ada pengalaman-pengalaman hidup yang membuat kami berdua ternyata berkembang ke arah yang berbeda, bahkan berlawanan, sehingga tidak lagi bisa meyakini satu hal yang sama dan memutuskan untuk berjalan di jalan kami masing-masing.
justru renungan sok filsuf ngga penting ini akhirnya bisa mereduksi segala batasan yang saya tahu tadi.
Saya memutuskan untuk tidak terlalu banyak membuat batasan ini itu, terima kenyataan bahwa “sahabat” adalah sebuah titipan Tuhan juga, yang secara mudah bisa diberikan dan diambil-Nya kembali dari sisi saya dengan cara apa pun. Selama masih dititipkan pada saya, ya saya harus belajar tulus menerima dan memahami.. kalau ternyata saya tak mampu menerima dan memahami lagi, bisa saja mungkin Tuhan sedang berkata, bahwa saya dan dia sudah tidak tepat lagi sebagai sahabat. Wajar saja, toh tidak bersahabat bukan selalu berarti bermusuhan kan?
Finalnya, dari perenungan sok filsuf dini hari ini, serta banyak fase naik turunnya grafik persahabatan yang pernah saya lewati, hanya dua konsep yang saya pahami betul, tentang orang-orang yang dipilihkan Tuhan menjadi sahabat saya.
makanya kalo punya sahabat jangan sampai bertengkar karna masalah sepele ya
udah pagi nihh, mau berangkat sekolah dulu
kapan kapan disambung lagi :D
saya galang setiawan pamit dulu :p
semoga harimu menyenang kan !!

0 komentar:

 
;